1.18.2012

Aku Adalah Sang Abadi, Jaga Aku, Jangan Engkau Petik dan Ambil Bersama Nafsumu

Biarkan Edelweis nyaman di rumahnya, di puncak – puncak gunung, di dataran tinggi di bumi. Disanalah dia nyaman dan merasa terlindungi dari gangguan para perusaknya, termasuk yang utama, kita manusia pendaki gunung! Cintai dan kagumi Edelweis kala dia bergoyang tertiup angin gunung, kala dia diam dalam temaram senja. Sambutlah sapaan Edelweis kala kita berada di ketinggian. Rasakan cintanya kepada kita pemujanya.

Perilaku tak benar untuk alam. Edelweis adalah bunga yang hanya hidup di dataran tinggi. Memetik walau hanya sesedikit apapun adalah perusak kecil pada alam dan ketidak-adilan pada alam yang sering berdampak besar. Perilakulah yang merugikan alam. STOP TINDAKAN YANG MERUGIKAN ALAM! (sumber: belantara indonesia)

Salam Lestari,
»»  READMORE...

1.06.2012

taman nasional kerinci seblat


A. Selayang Pandang
TNKS
Pembentukan  Taman Nasional Kerinci Seblat merupakan hasil dari penyatuan beberapa kawasan  cagar alam Kerinci seperti: Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka  Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat. Di dalam  cagar alam tersebut terdapat kawasan hutan lindung dan hutan produksi. Kawasan hutan  berfungsi menghasilkan air guna memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat yang  hidup disepanjang bantaran sungai seperti sungai Batanghari dan sungai Musi. Mengingat  peran yang sangat vital dari hutan tersebut, maka pada tanggal 4 Oktober 1982 bertepatan  dengan Kongres Taman Nasional Sedunia yang diadakan di Bali, pemerintah menjadikan  kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat sebagai kawasan hutan lindung.
Secara  geografis Taman Nasional Kerinci Seblat berada pada garis 100°31‘18″ -  102°44‘ lintang timur dan 17‘13″-326‘14″ Lintang Selatan. Taman  Nasional Kerinci Seblat memiliki luas 1.368.000 Ha, dengan perincian: seluas  353.780 Ha (25,86%) berada di wilayah Provinsi Sumatera Barat, 422.190 Ha  (30,86%) berada di wilayah Provinsi Jambi, 310.910 Ha (22,73%) terletak di  Propinsi Bengkulu; dan seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Propinsi Sumatera  Selatan. Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat masuk dalam wilayah 9 Kabupaten,  43 Kecamatan dan 134 Desa di empat provinsi tersebut. Sebagian besar kawasan  taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di  Pulau Sumatera bagian tengah.
Topografi  Taman Nasional Kerinci Seblat yang berada pada ketinggian antara 200 sampai  dengan 3.805 meter dpl ini bergelombang, berlereng curam dan tajam. Sedangkan topografi  taman yang relatif datar, terdapat pada ketinggian 800 meter dpl atau terdapat di  daerah enclave yang berada di Kabupaten Kerinci.
  • B. Keistimewaan
Di  dalam Taman Nasional Kerinci Seblat terdapat beberapa tipe ekosistem hutan.  Mulai dari tipe ekosistem hutan dataran rendah, sampai ekosistem sub alpin dan  beberapa ekosistem khas seperti rawa gambut, rawa air tawar dan danau. Taman  Nasional Kerinci Seblat juga memiliki hutan primer dengan beberapa tipe  vegetasi. Tipe vegetasi utama didominasi formasi seperti: Vegetasi dataran rendah  yang berada di atas 200 sampai 600m dari permukaan laut (dpl); hutan dengan  Vegetasi pegunungan/bukit yang berada pada ketinggian 600 sampai 1.500m dpl;  hutan Vegetasi montana yang berada pada ketinggian 1.500 sampai 2.500 m  dpl; hutan Vegetasi belukar gleichenia/paku-pakuan yang tumbuh pada  ketinggian 2.500 sampai 2.800m dpl dan terakhir hutan Vegetasi sub alpine yang  tumbuh pada ketingian 2.300 sampai   3.200m dpl.
Di  kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat secara umum tumbuh sekitar 4.000 jenis  flora dari 63 famili. Jenis flora tersebut banyak terdapat di kawasan hutan yang  didominasi oleh famili Dipterocarpaceae, Leguminosae, Lauraceae,  Myrtaceae, Bommacaceae, Moraceae, Anacardiaceae, Myristicaceae, Euphorbiaceae  dan Meliaceae. Sedangkan pada ketinggian 500m sampai 2000m dpl, jenis flora  yang tumbuh di hutan ini banyak didominasi oleh famili Fagaceae, Erycaceae dan semak-semak sub alpin dari jenis Vaccinium dan Rhododendron.
Di Taman  Nasional Kerinci Seblat juga terdapat jenis vegetasi yang menjadi ciri khasnya,  di antaranya adalah: Histiopteris insica (tumbuhan berpembuluh  tertinggi) yang dapat dijumpai di dinding kawah Gunung Kerinci, berbagai jenis Nepenthes  sp, Pinus mercusii strain Kerinci, Kayu Pacat (Harpullia arborea),  Bunga Raflesia (Rafflesia arnoldi), Agathis sp. Pada tahun 1993, Biological  Science Club (BScC) melakukan penelitian di daerah buffer zone dan mereka  menemukan 115 jenis vegetasi ethnobotanical. Jenis vegetasi ini bisa  digunakan untuk keperluan obat-obatan, kosmetik, makanan, anti nyamuk dan  keperluan rumah tangga, seperti sering digunakan oleh masyarakat setempat.
Sedangkan  jenis fauna yang tedapat dalam Taman Nasional Kerinci Seblat tercatat 42 jenis  mamalia, 10 jenis reptil, 6 jenis ampibia, 306 jenis burung dari 49 famili dan  8 jenis burung endemik. Beberapa jenis mamalia yang bisa dijumpai di antaranya:  Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), Gajah Sumatera (Elephas  maximus sumatrensis), Macan Dahan (Neopholis nebulosa), Harimau  Loreng Sumatera (Panthera tigris sumatrensis), Kucing Emas (Felis  termminnckii), Tapir (Tapirus indica), Kambing Hutan (Capricornis  sumatrensis). Jenis amphibia antara lain: Katak Bertanduk (Mesophyrs  nasuta); jenis primata: Siamang (Sympalagus syndactylus) Ungko (Hylobates  agilis), Wau-wau Hitam (Hylobates lar), Simpai (Presbytis  melalobates), Beruk (Macaca nemestrina) dan Kera Ekor Panjang (Macaca  fascicularis) dan jenis burung endemik seperti: Burung Tiung Sumatera (Cochoa  becari), Burung Puyuh Gonggong (Arborophila rubirostris), Burung Celepuk  (Otus stresemanni) dan Burung Abang Pipi (Laphora inornata).
C. Lokasi
Taman  Nasional Kerinci Seblat membentang di 9 Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa  yang tersebar dalam 4 wilayah provinsi yaitu Jambi, Sumatera Barat, Bengkulu  dan Sumatera Selatan.
D. Harga Tiket
Dalam  proses konfirmasi


E. Akses
Untuk  mencapai lokasi dapat ditempuh melalui jalur darat dengan beberapa alternatif:  alternatif pertama, dengan lokasi taman berada di daerah Provinsi Jambi:  perjalanan dimulai dari kota Jambi ke Sungai Penuh dengan jarak sekitar 500 km,  dengan waktu tempuh sekitar 10 jam dengan menggunakan angkutan umum, mobil  sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif  yang kedua dengan lokasi taman berada di daerah Provinsi Sumatera Barat: perjalanan  bisa dimulai dari kota Padang ke Tapan, kemudian dilanjutkan ke Sungai Penuh  dengan jarak 278 km, dengan lama perjalanan sekitar 7 jam dengan menggunakan  angkutan umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif  ketiga dengan lokasi taman berada di daerah Provinsi Sumatera Barat: perjalanan  dimulai dari Padang  ke Muaralabuh, kemudian perjalanan dilanjutkan ke Kersik Tuo. Jarak dari kota Padang  ke lokasi sekitar 211 km dan dapat dicapai dalam waktu sekitar 5-6 jam dengan  menggunakan angkutan umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif Keempat  dengan lokasi taman berada di daerah Provinsi Bengkulu: perjalanan dimulai dari  Bengkulu ke Muara Aman, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam dengan menggunakan  angkutan umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif kelima dengan  lokasi taman berada di daerah Provinsi Bengkulu: perjalanan dimulai dari Bengkulu  ke Argamakmur dengan waktu tempuh sekitar 2 jam dengan menggunakan angkutan  umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif keenam dengan  lokasi taman berada di daerah Provinsi Sumatera Selatan: perjalanan dimulai  dari Bengkulu ke Lubuk Linggau, dengan waktu tempuh sekitar 3 jam dengan  menggunakan angkutan umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif Ketujuh  dengan lokasi taman berada di daerah Provinsi Sumatera Selatan: perjalanan  dimulai dari Palembang  ke Lubuk Linggau, dengan waktu tempuh sekitar 6 jam dengan menggunakan angkutan  umum, mobil sewaan atau mobil pribadi.
Alternatif  kedelapan dengan lokasi taman berada di daerah Provinsi Sumatera Selatan: perjalana  dimulai dari Lubuk Linggau ke Muara Rupit, kemudian ke Surulangun dan ke Napal  Licin, dengan waktu tempuh selama sekitar 4 jam dengan menggunakan angkutan  umum, mobil sewaan atau mobil pribadi
Alternatif  Kesembilan melalui jalur air dengan lokasi taman berada di daerah Provinsi  Sumatera Selatan: Dari Muara Rupit ke Napal Licin membutuhkan waktu perjalanan  selama sekitar 2 jam dengan menggunakan speed boad.
Ongkos menuju lokasi  melalui masing-masing rute tersebut masih dalam proses pengumpulan data.
»»  READMORE...

air terjun telun berasap


Air Terjun Telun Berasap terletak di Kecamatan Kayu Aro Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi. Wisata Air Terjun Telun Berasap Kabupaten Kerinci sangat indah, kita dapat menikmati air yang indah seperti asap yang dapat menyejukan hati bila di dekatnya. Pada siang hari saat matahari terik, kita dapat melihat pelangi di sektar air terjun.

Air terjun Telun Berasap merupakan objek wisata alam di Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi. Air terjun yang bersumber dari sungai-sungai yang berhulu di Danau Gunung Tujuh yang mengalir melalui tebing curam dengan ketinggian sekitar 50 m. Orang-orang Jambi menyebutnya Air Terjun Telun Berasap karena aliran air besar turun yang menyebabkan "butiran-butiran air yang halus seperti embun" di sekelilingnya.
Di balik Air Terjun Telun Berasap, terdapat sebuah gua. Masyarakat setempat tidak berani masuk gua karena medan begitu sulit untuk masuk kedalamnya. Air terjun yang sangat berat dengan tebing yang terjal, menyebabkan gua tidak dikunjungi oleh masyarakat dan wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata air terjun Telun Berasap.

Air terjun telun berasap menyajikan pemandangan yang indah, dengan aliran air berat untuk membentuk semprotan lembut seperti asap putih atau kabut juga dikenal sebagai air. Tetesan uap air yang terbentuk dari kabut warna indah ketika diterangi cahaya sinar matahari tercermin berwarna

Bagi yang tertarik untuk mengunjungi silakan datang ke jambi. Tepatnya di Kabupaten Kerinci.
»»  READMORE...

1.03.2012

danau kaca kerinci


Jika anda berkunjung ke provinsi Jambi, tempat wisata yang terlintas di pikiran anda pastilah danau kerinci yang sudah sangat terkenal itu. Tetapi tahukah anda jika di propinsi bagian pulau sumatera ini terdapat sebuah danau yang memiliki air sangat jernih dan sebening kaca? Karena kejernihannya tersebut danau ini dinamakan danau kaca, yang letaknya masih di kabupaten kerinci.

Danau kaca memiliki kedalaman sekitar 10m-an. Tetapi karena airnya yang sangat jernih, anda dapat melihat langsung dasar danau dan ikan-ikan penhuni danu kaca dari permukaan air. Selain airnya yang sangat jernih, di danau ini juga terdapat sebuah curup (air terjun) kecil yang menambah nuansa alami dari danau kaca.

Sejauh ini, danau kaca masih menjadi salah satu tujuan kaum backpacker, masih sangat jarang para wisatawan biasa mendatangi danau ini. Lokasi danau kaca memang masih agak sulit untuk di datangi, tempatnya yang sedikit masuk kedalam kawasan hutan menjadikan akses menuju situs ini sedikit sulit dilalui.

Tetapi bagi anda pencinta keindahan alam, anda wajib menyinggahi danau ini ketika anda sedang berkunjung ke provinsi Jambi.
»»  READMORE...

12.25.2011

kode etik pencinta alam se-indonesia

“ PECINTA ALAM INDONESIA SADAR BAHWA ALAM BESERTA ISINYA ADALAH CIPTAAN TUHAN YANG MAHA ESA “
“PECINTA ALAM INDONESIA SEBAGAI BAGIAN DARI MASYARAKAT INDONESIA SADAR AKAN TANGGUNG JAWAB KAMI KEPADA TUHAN, BANGSA DAN TANAH AIR ”
” PECINTA LAM INDONESIA SADAR BAHWA PECINTA ALAM ADALAH SEBAGAI MAKHLUK YANG MENCINTAI ALAM SEBAGAI ANUGERAH TUHAN YANG MAHA ESA “
Sesuai dengan hakekat diatas kami dengan kesadaran menyatakan :
1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Memelihara alam beserta isinya serta menggnakan sumber alam sesuai dengan kebutuhannya.
3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitar serta menghargai manusia dan kerabatnya.
5. Berusaha mempererat tali persaudaraan antara pecinta alam sesuai dengan azas pecinta alam
6. Berusaha saling membantu serta menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah air.
7. Selesai.
Disyahkan bersama dalam GLADIAN IV – 1974 Di Ujungpandang Pukul 01.00 WITA.
»»  READMORE...

in memoriam : norman edwin

Norman Edwin sosok pecinta olahraga petualang yg pernah ada di Indonesia, di kenal sebagai pribadi yg pemberani dan suka menolong oleh keluarga dan teman2nya sesama jurnalist Kompas, tempat terakhirnya bekerja. Norman tewas di usia 37 tahun bersama rekan satu teamnya Didiek Samsu Wahyu Triachdi saat pendakian Puncak Aconcagua (6969m), pegunungan yang membentang sepanjang perbatasan Chile – Argentina, saat itu ia tergabung dalam Seven Summit Expedition 1992 – Mapala UI. Didiek juga tercatat sebagai wartawan di Majalah Jakarta Jakarta.


Indonesia berduka, musibah menimpa Expedisi Seven Summit pada pertengahan April 1992 merenggut dua orang pendaki terbaiknya, Norman Edwin dan DidiekSamsu Wahyu Triachdi. Media nasional dan international banyak meliput kejadian tewasnya dua pendaki ini. Norman saat itu memimpin Team Pecinta Alam Universitas Indonesia yang tergabung di Mapala UI dalam upayanya mendaki Puncak Aconcagua 6959-mtr Chile. Gunung yg disebut juga ‘The Devil’s Mountain’ karena faktor cuacanya tak bisa diprediksikan, sering kali badai salju melanda pegunungan selama berhari hari. Puncaknya dijadikan tujuan karena menjadi salah satu Puncak Tertinggi dalam Expedisi Tujuh Puncak Dunia Mapala UI.

Berbekal pengetahuan dalam Penelusuran gua, Pendakian Gunung, Pelayaran, Arung Jeram serta sejumlah pengalaman Rescue di Irian Jaya, Kalimantan, Africa, Canada bahkan Himalaya, membentuk kecepatan dan kekuatan phisik pada dirinya yang telah bergabung di Mapala UI sejak tahun 1977. Sampai akhirnya terpilih menjadi Leader dalam Expedisi ini bersama Didiek, Rudy “Becak” Nurcahyo, Mohamad Fayez and Dian Hapsari, satu2nya wanita dalam team tersebut.

Sebetulnya banyak meragukan kemampuan Norman, jauh hari sebelum Expedisi ini di mulai, namun pengalamannya selama 15 tahun dalam berpetualang serta menghadapi berbagai bahaya, diyakini membuatnya tetap berangkat. Saat expedisi berlangsung, badai salju menghantam Team ini dan akhirnya merenggut duet pendaki ini. Jenazah Didiek adalah yang pertama ditemukan pada tanggal 23 Maret atas laporan beberapa pendaki negara lain yang kebetulan melihat mereka berdua terakhir di ketinggian 6400m, beberapa ratus meter lagi sebelum Puncak.

Dilaporkan pula saat itu, kondisi keduanya terlihat sangat kritis, beberapa jari Norman terkena Frosbite (Mati Beku karna Dingin) dan Didiek menderita Snow Blindness (Buta Salju) akibat pancaran sinar matahari yang berlebihan, memantul di hamparan salju dataran tinggi. Kemungkinan hal ini sangat mendekati karena Google (Kacamata Salju) yang dipakai Didiek rusak berat. Jenazah Norman ditemukan beberapa hari kemudian dan langsung diterbangkan ke Jakarta pada tanggal 21 April 1992. Spekulasi merebak melalui media massa bahwa kegagalan mereka juga diakibatkan karena minimnya pelaralatan yang dibawa. Aconcagua terpilih setelah Mapala UI merencanakan Expedisi Tujuh Puncak Dunia lainnya yaitu Cartenz Pyramid (4,884 meters) di Irian Jaya; McKinley (6,194 meters) di Alaska, Amerika Serikat; Kilimanjaro (5,894 meters) in Tanzania, Afrika; dan Elbrus (5,633 meters) di Uni Soviet, (sekarang Rusia).

Setahun kemudian setelah tragedi ini, Mapala UI yang status keanggotaannya berlaku seumur hidup ini, mencoba mengirim kembali dua anggota lainnya yaitu Tantyo Bangun dan Ripto Mulyono untuk menyelesaikan pendakian sekelas Expedisi Aconcagua ke Vinson Massif (4,887 meters) di Kutub Selatan. Dan satu lagi Puncak Everest di Himalaya dengan nama Team Expedisi Universitas Indonesia, namun sayang kegagalan juga menimpa team ini.

Dua kegagalan rupanya tidak menyurutkan semangat Mapala UI, karna puncak terakhirnya tetap dijadikan target bagi Expedisi Gabungan selanjutnya yang terdiri dari Mapala UI, Koppassus dan Wanadri. ‘Kami berusaha melakukan pendakian gabungan ke Everest tahun 1997 dan sukses, dua anggota team dari prajurit Koppassus yaitu Asmujiono dan Misirin berhasil mencapai Puncak Everest.’ ujar Rudy “Becak” Nurcahyo anggota Indonesian National Team to Everest yang juga kehilangan jarinya karna Frosbite di Expedisi Aconcagua

‘Kami mencoba yang tebaik untuk mewujudkan itu semua.. dan saya percaya Norman dan Didiek pun akan tersenyum disana melihat keberhasilan Team Everest ini. walaupaun setelah tahun 1997, Indonesia dilanda krisis ekonomi kemudian masa reformasi yang tak lama berselang. Keadaan ini otomatis ini menghambat Expedisi-expedisi selanjutnya yang telah direncanakan.tambahnya.

Bagi istri Norman, Karina serta Melati putrinya, sosok hangat dan eksentrik Norman akan tetap menjadi kenangan yang takkan terlupakan. Semasa hidup, Melati selalu diajak serta dalam kegiatan alam bebas yang digeluti ayahnya itu, termasuk perjalanan ke Irian Jaya saat ia masih kecil. ‘Norman menjadi seorang petualang sejati dan sedikit bandingannya diantara pendaki-pendaki yang ada sekitar tahun 1970-80, dan Didiek adalah teman dekatnya.

Ia tunjukkan rasa hormatnya kepada wanita dan yakin bahwa wanita dapat mengerjakan sesuatu yang lebih baik daripada pria, apalagi menyangkut faktor keselamatan, contohnya Penulusan Gua’ papar Karina yang dulu juga aktif dalam kegiatan alam bebas sekembalinya dari Australia dan mengambil kuliah lagi jurusan Arkeologi di Universitas Indonesia.

‘Norman pernah mengatakan, aktivis alam wanita cenderung lebih tenang, tidak mudah panik dan dapat mengatasi situasi darurat jika dibandingkan dengan pria. Bagi saya ia sangat humoris dan mempunyai semangat hidup yang tinggi. Begitu pula yg rasakan Melati, sifat ayahnya ini menurun kepadanya walaupun ia masih berusia remaja. “Janganlah kita mencoba menaklukkan ganasnya alam, tapi belajarlah untuk menaklukkan ego serta mengetahui batasan diri kita sendiri”, faktor ini adalah yang terpenting jika ingin menekuni olahraga beresiko tinggi’ ungkap Karina yang dulu juga ikut dalam team di Expedisi Cartenz Irian Jaya tahun 1981 dan saat ini telah menyelesaikan program Doctoralnya di Australian National University.

Norman dan Didiek telah tiada, namun spiritnya kuat meresap di hati para pecinta olahraga alam bebas Indonesia. Penghargaan patut mereka terima atas keberanian dan semangat pantang menyerah, sehingga dapat dijadikan contoh bagi petualang2 muda lainnya yang masih ada.

(Sumber The Jakarta Post)
»»  READMORE...